Terkadang aku berpikir tentang kematian. Membuat aku lebih berhati-hati tentang apa yang akan kulakukan. Aku menjadi haus bermacam nasehat kebenaran. Mendadak terjangkiti penyakit cemas yang hanya dapat diobati dengan ritual-ritual keheningan.
Saat bijak bestari bilang, “banyak orang mencari kedamaian malah semakin jauh dari harapan. Mereka tak banyak tahu kalau (sadar) bahwa inti kedamaian itu sebenarnya adalah iman”, aku jadi bersungut. Ternyata aku masih butuh sandaran. Butuh tempat mengadu, tempat curhat, tempat menenangkan diri. Aku butuh Tuhan. Bukan dengan ‘t’ kecil. Tapi, dengan ‘t’ besar. Benar-benar Tuhan. Dan, bukan tuhan-tuhanan.
Ketika sebuah jari-jari tidak sama panjang, roda tetap berputar. Begitu juga saat dua, tiga, atau bahkan separuhnya patah. Perputaran memang terjadi. Hanya saja tidak ada efek nyaman sama sekali. “Boro-boro damai”, kataku pada seorang rekan. “Kalau roda kotak, segitiga, atau segi enambelas sekalipun, tentu tak nyaman buat dikendari.”
Ketika hidup tidak balance (antara kebaikan dan keburukan) masalah pasti datang. Apalagi kalau –taruh, komposisi total 100- delapan puluh buruk sementara kebaikan cuma duapuluh. Dijamin dah, hidup bakalan penuh masalah. Baru mau nyari penyelesaianpun yang ada malah nambahin beban aja rasanya.
Untuk full kebaikan, memang tidak mungkin. Manusia pasti ada salah. Ada kurang ada lebih. Minimal imbanglah. Fifety-fifety. Selisih satu level aja, itu sudah bagus. 49-51 misalnya. 51-nya kebaikan, 49 kejelekan.
Dengan demikikan, bila masalah datang, ketika mencari solusi untuk penyelesaian. Benar-benar menyelesaikan masalah, bukannya menimbulkan kesulitan baru. Bukan lantas pegadaian loh ya, ‘mengatasi masalah tanpa masalah’ tapi, BPKB motor ketahan. Bukan itu. Bener-bener tuntas.
Pengin sih segera nerusin memoar ini, tapi, sudah mau dhuhur. Siap-siap dulu ke masjid dah. Biar dapet qobliyah-nya. Itung-itung sempetin sholat taubat juga dua rekaat. Biar dapat ngejar fifety-fifety he..he.he… maklum, sudah terlalu banyak –sejak akhir baliq sampai usia lebih tiga puluh- maksiat aku lakukan.
“Ya Allah, jangan dera dan jangan hukum hamba bila terlalu banyak lalai dan lupa. Duhai dzat yang maha lembut, belai jiwa ini dengan segala kelembutan-Mu agar tersingkap hijap (penutup) penghalang sampainya hidayah-Mu kepadaku akibat dari bejibun-nya dosa-dosaku” amin.
habis dhuhur, terusin lagi yah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar