kado awal tahun : aku kagum dengan angan-angan anakku, sekaligus khawatir.
sekira pukul 21, sehabis aku main kuda lumping dengan rangga dengan keringat masih mengucur, aku melilitkan handuk di tubuhku bersiap untuk mandi. sampai rumah sepulang dari kantor tadi sudah jam setengah 8, rangga sudah menyongsong di depan pintu sambil teriak "ayam mitum....! (assalamu alaikum maksudnya) begitu mendengar suara motor berhenti didepan rumah.
ibunya nyambung "belum gih masuk pagar, yang bilang ayam itum itu ayah bukannya rangga. rangganya jawab itum ayam... gitu".
aku meletakkan helm di rak aqua galon depan warung setelah berucap salam (seperti biasa sambil teriak - biar terkesan semangat). tangan mungil rangga mengayun kedepan mengisyaratkan untuk menjabat tanganku. aku salami dia, sesungging senyum dari mulutku mencoba mengimbangi ceria wajah polos itu. secara, baru saja berkendara motor 45 menit dari stasiun bekasi dengan sebelumnya berdiri berdesakan di kereta selama 1,5 jam perjalanan dari ancol. alhamdulillah, aku sampai dirumah dengan "walau kaki pegal" senyuman dan sambutan si kepala botak dengan ucapan ayam mitum-nya mengusir segala capek dan lelah.
aku meraih berkas ulangan semesteran nimas yang masih utuh tergeletak di meja belajar. hanya ada dua macam nilai disana, angka 10 & 9. bukan murni 9 sih, hanya saja 8,9 atau 8,8 yang sesungguhnya lebih cenderung ke pembulatan atas yaitu 9. nilai itulah yang mengantarkan nimas ranking 1 dikelas pilihan sekolah dasar islam terpadu. dan, mendapat beasiswa gratis spp selama enam bulan. kelas 5 terbagi menjadi 2, a dan b. dengan kualitas murid yang sudah dipilah. mungkin, agar guru-guru lebih mudah dalam memberikan pemahaman pelajaran.
mataku terpaku saat sampai pada lembaran "ulangan bahasa arab" nilainya 10. full tanpa cacat. padahal untuk mengeja perintah pengerjaannya saja aku sudah bingung. satu kalimat yang sempat aku baca adalah (bila diterjemahkan) "isikan titik-titik dibawah ini dengan jer".
"mbak, jer itu apa sih?"
"mana sih, ayah nih ngribetin aja. orang nimas lagi main tetris juga" (kalau hari minggu aku suka rebutan main game tetris, sekedar ngramein aja)
"ini, yang dilembaran soal mbak nimas"
"oh, ini namanya jer. jer itu maksudnya jer isim. masih nanya jer isim itu apa? jer isim itu sifat benda" sejenak nimas pencet tombol pause game itu dan menghampiri ke arahku.
"sifat benda gimana?" tanyaku belum ngeh.
"ih, ayah nih. error banget jadi bapak. sifat benda itu misalnhya kalau rangga bader, kalau mbak nimas pinter"
"oh gitu. trus, kalau batu.... keras gitu?"
"iya, seperti itu. kalau ayah ... hmmm.. error.. he..he..he.." celetuknya.
"koq error, ayah kutuk jadi kodok baru tahu loh. trus... ini apa artinya?"
aku semakin terlibat dialog intensive tentang lembaran ulangan bahasa arab yang kesemuanya berhuruf arab. tanpa ada terkesan terpaksa, nimas sungguh bahagia dan bangga nerangin segala sesuatu yang aku tanyakan. "ga pa palah dikatain error sama anak sendiri, yang penting dia lebih percaya diri" batinku. hingga akhir pembicaraan masih sambil memegang handle kamar mandi aku bilang.
"mbak nimas tuch kuat dalam bahasa arabnya, bahasa indonesia juga. tapi bahasa inggris koq cuma dapet 8,6? mestinya 10 juga dong! sekarang gini, untuk sekolah dasar ini mbak nimas sudah mateng di bahasa arab. smp nanti matengin bahasa inggris, sma matengin bahasa jerman. setelah lulus sma trus kuliah sudah bisa nyari duit sendiri nerjemahin buku-buku ke dalam berbagai bahasa" kataku.
"nimas kan pengin ke mesir, jadi? tanyaku.
nimas hanya tersenyum sambil nyengir.
"setelah kembali sekolah dari kairo di mesir sono tuch, negerinya para nabi, nimas bisa mimpin sekolah trus rangga jadi pimpinan pengajar. nah, kita bisa jadi punya sekolah sendiri di jogja sana. gimana, hebat kan? trus, cita-cita mbak nimas untuk jadi guru kesampaian deh. bukan cuma guru malah, tetapi mempunyai sekolah sendiri."
"ih, duit darimana?" nimas nyengir. sekecil itu sudah tahu posisi ayahnya yang cuma kuli pabrik sehingga dalam benaknya muncul ketidak mungkinan (kecil kemungkinan) bisa ngumpulin duit untuk bikin sekolah apalagi yayasan.
"itu tugas ayah buat nyari duit, tugas mbak nimas belajar sampai ke mesir" sergahku.
"iya ya. ayah kan kerja. masak gak bisa ngumpulin duit"
"makanya, mbak nimas mesti kuasain dulu tuch minimal 4 bahasa, arab sudah, inggris tinggal matengin, bahasa indonesia sudah canggih. tinggal jerman doang kan. kuliah dimesir mah gampang, nanti kan bisa dapet beasiswa dari yayasan. trus disana buat makan dan beli buku-buku mbak nimas bisa sambil nulis nerjemahin kitab-kitab mesir yang bahasanya arab gundul semua tuch, trus dikirim ke indonesia, jadi deh dapat komisi."
hmmm, sambil menutup pintu kamar mandi aku mulai mengguyur tubuhku yang sudah mulai kering keringatnya selepas becanda dengan rangga, aku mulai mencoba menyelami apa yang ada dibenak anakku. dan juga, kenapa harus terjadi dialog itu. semoga dan semoga apa yang tertulis saat ini menjadi rekaman di bawah ambang bawah sadar dan nantinya jika bilangan tahun sudah mencukupi, hal itu bisa menjadi realisasi. amin.
dari dalam kamar mandi, sudah terdengar kembali nimas asyik main game tetris, sementara rangga diluar sana teriak-teriak nodong bakso sama tukang yang biasa lewat. "bang...bang... uwi bato bang, dua libu. ibu... ibu.... inta uit uwat beli bato...!!!". april 2009 nanti pas genap 3 tahun, meski cedal tapi sudah bisa minta duit dua ribu buat jajan. Bakso lagi.
tapi jujur, aku galau sekaligus bangga atas apa yang dicapai oleh nimas. semoga aku kuat dan bisa menjadi pengimbang apa yang menjadi cita-cita. guru ngaji disekolahnya sendiri.
saling mendo'akanlah sesama saudara muslim. karena, manusia tidak pernah tahu dari "hati" yang manakah doa itu terkabul. dan, aku saudaramu kan, doain kami ya. hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nasiir....
Bahagia ya mas punya keluarga yang indah seperti itu dengan anak2 yang.. ah... kapan aku bisa
BalasHapusWah...ini mah bisa-bisa bapaknya kalah pinter ama anaknya!!!Tapi kalo anaknya pinter, mirip siapa ya??? Pasti ibunya ah...
BalasHapusBukannya di Mesir pendidikan gratis?
BalasHapusseru ceritanya ya...Tapi mau komen juga tuh tentang bahasa arab. Yang nama Jer/jar itu adalah huruf yang bisa disandingkan dengan isim. Sedang isim adalah segala sesuatu yang menunjukkan orang,hewan,benda mati, tumbuh-tumbuhan atau sesuatu yang tidak ada hubungan dengan masa lalu, sekarang dan akan datang. Jadi, kalau bapaknya nimas yang tetap isimlah gak mesti nunggu berubah jadi....
BalasHapusceritanya seru. Keluarga harmonis. Tapi saya sekedar komen aja tentang jer dan isim
@melati putih: bahagia ada disetiap diri manusia, karena bahagia itu "rasa" sehingga sudah built in pada siapa saja. hanya, bentuk (rupa) dan aplikasinya saja yang beda.
BalasHapus@regisya: setahuku, belum pernah seorang anak lahir dari bapak. sehingga pastilah anak ibunya. tapi, aku cukup bangga namaku selalu dipakai untuk "bin" atau "binti" oleh anak-anakku. he..he..he..
@shanty maharani: hmm, gratis memang. tetapi hanya untuk yang pinter dan tahu (caranya). soal bisa atau enggak, ....
@dayat: betul seperti itu, hanya saja aku gak nangkep juga saat diterangin anakku. malah jadi berantem, karena aku sebagai bapak (merasa) harus menang :)
th's for at all atas kunjungannya.
jadi iri...
BalasHapussmoga aku nanti bisa punya keluarga sebahagia itu