Ketika bumi terbelah
Ketika air laut membuncah
Ketika halilintar bersahut marah
Ku ingin, tubuh ini segera ditelan bumi
Lenyap, ke negeri antah berantah
Aku putus cinta (duh, segitunya)
Kembali, Ari –Kinoysan- Wulandari menyempatkan diri (disela penggarapan buku-buku yang lain) menyapa para jomblowati yang sempat frustrasi menanti jodoh, tak kunjung tiba. Membaca kisah-kisah dalam buku “Jodoh Cinta”, begitu mendayu-dayu. Perasaan pembaca benar-benar tersedot habis. Bahasa yang dipakai penulis pun sangat enjoy dan komunikatif. Menjadikannya ringan dan enteng dibaca, mudah diserap, meski sebenarnya berat bagi pembaca yang berperasaan sensitif.
Tak diperlukan harus membaca satu halaman full untuk membuat anda baru terikat mata, terbelenggu tangan, untuk selanjutnya tak berdaya melepaskan diri dari rasa “terenyuh” dan terpesona. Cukup satu paragraf. Ya, benar. Satu paragraf telah cukup membetot perhatian anda, pembaca, menyimpulkan urat syaraf perasaan, penuh memperhatikan makna demi makna setiap alur cerita
Kisah pertama, bagaimana sesosok wajah tirus Ambar Santi terjebak dalam cinta semu penuh harap. Bagaimana perjuangan dan pengorbanan untuk Hamdan, lelaki pujaannya. Satu kantor, tiap hari ketemu, apa yang menjadi kesulitan Hamdan selalu dibantu, tapi akhirnya? Semua untaian kata diramu dan diracik dengan segenap kepiawaian penulis yang tidak diragukan lagi.
Anda tahu, pembaca, makhluk apa yang paling kuat di dunia ini? Wanita. Ya, wanita. Dalam genangan air mata darah di kedua pelupuk mata, seorang Ambar Santi yang dengan rela dan tulus berkorban demi karir Hamdan, empat tahun menunggu. Hingga saatnya hendak meminta kepastian hubungan, Hamdan dan Titi, menyerahkan undangan pernikahan. Nafas anda masih sanggup bergerak bebas, menghadapi polemik seperti ini? Tersenyum? Tiba-tiba saja menginginkan bumi segera meledak, lenyap segala peri hidup. Egois ya.
Buku ini, memuat kisah-kisah para jomblowati diatas tigapuluhan yang difiksikan. Setelah diramu sedemikian rupa tentunya. Cerdiknya seorang Kinoysan, aneka tip bagaimana memupuk kesabaran, bagaimana tetap tegar, tidak berlarut dalam kesedihan, selalu berserah diri pada Tuhan dalam menanti jodoh, dijabarkan dalam buku ini. Bukan itu saja, referensi buku apa yang layak dibaca, dicantumkan pula dalam akhir bab.
Bagaimana rambu-rambu saat didekati, ataupun mendekati “calon” jodoh pun tak ketiggalan dikupas menjadi trik-trik jitu dan lebih masuk akal. Gak bakalah lagi deh, mengharap bumi meledak. Ingin hidup lebih lama lagi malah.
Penulis memang lihai dan paham, bagaimana memancing “rasa” pembaca untuk seolah-olah menjadi pelaku utama. Grafik ikatan emosional, begitu menyelusup, kuat, dibangun dari kalimat demi kalimat dari awal hingga akhir cerita. Awal yang menarik, meninggi, puncak airmata kesedihan, turun perlahan. Dan, ending yang diciptakan begitu tuntas. Membuat pembaca yang berkali-kali menahan nafas, tersenyum lega. Full of smile. Full of spirit. Membuka pengharapan dan hati semakin tabah, sabar, kuat dalam menanti jodoh.
Pernah lihat seorang gadis, nekat naik menara listrik? Apa yang dilakukan diatas sana? Pasang kabel connector baru? Tentu bukan. Tuh anak mau bunuh diri. Anehnya, saat sampai dipuncak menara 150 meter diatas tanah, gadis itu malah bengong. Burung bagau putih hinggap di pundaknya, mendadak pula si gadis memahami bahasa burung.
“Hai, gadis cantik. Lebaran depan telah ada seorang pria yang akan meminangmu. Aku diutus kesini untuk memberitahukan hal ini kepadamu” kata burung.
Olala, urung deh bunuh diri. Hanya saja, ketika hendak turun, bingung. “bangau, turunkanlah aku” pintanya. Nah lho, patah hati ternyata bisa membuat gadis manis memanjat menara. Apa mesti patah hati lagi untuk berani turun? Coba, ia baca buku kinoysan “Jodoh Cinta”, tak bakalan deh naik menara. Capek.
Adakah yang lebih indah dari sanggup bersyukur dan bersabar? Untuk jomblowati, tak usah khawatir. Berbesar hatilah. Membaca “Jodoh Cinta” ini, batin anda tercerahkan. Dan, saya tak perlu menjadi burung bangau putih untuk menolongmu.
Satu lagi. Lembar terakhir buku ini, berisi ucapan terimakasih penulis untuk orang-orang yang dikasihinya. “terimakasih kepada…. (point a, b, c, d, e) dan point “f” nya itu loh. “yang terakhir, …………..(kamu, yang telah membaca buku ini). Titik-titik ini bisa diisi oleh pembaca. So, tunggu apa lagi? Beli bukunya, baca, dan isikan nama kamu disitu.
Judul buku : Jodoh Cinta
Penulis : Kinoysan
Penerbit : Lingkar Pena Kreativa, Depok
Tebal : 218 halaman.
halo mas salwangga! iyae, lama ga ngeblog...
BalasHapuswah, mas suka bukunya kinoysan ya???
boleh..boleh...
hehe...