Selasa, 24 Juni 2008

tetesan akhir motivasi diri

beberapa waktu lalu, aku mempunyai ajang curhat. namanya rubrikasi "relung". millist bayangan aku menyebutnya. inti dari kegiatan ini adalah tulisan saya bersifat curhat atau ganjalan-ganjalan hati yang aku tuang lewat tulisan dan aku kirim ke rekan-rekan sekantor lewat email secara bcc. dengan mode ini, hanya orang yang bersangkutan yang (dual-communication) dapat membaca. namun ternyata ada beberapa tulisan (ini salah satunya) yang nyasar dan terkirim secara tak sengaja ke rekan yang tidak aku kenal secara langsung. ada yang memang salah anggapan dan comment tak karuan.

selamat menikmati :

Tulisan awal.
relung kali ini terinspirasi dari kegiatan hari minggu tanggal 1 juni bertepatan dengan hari lahirnya pancasila 63 tahun lalu. walk fun 10 kilometer dirayakan di monas dengan hajatan memecahkan rekor MURI supermie Go Series makan mie secara serentak dengan 34.371 (quick count) orang. dihadiri pula oleh gubernur DKI Fauzi Bowo. sempatkan untuk menyaksikan siaran tundanya di trans tv tanggal 8 juni hari minggu mendatang jam 8 pagi. jangan sampai lewat ya?

relungku tersentuh saat terjadi didepan mata, perbedaan perlakuan antara "si ujung" dengan "si gagang". ingatanku kembali melayang pada acara tour bersama orang-orang HO di mega mendung permai desember tahun lalu. saya beserta team mendapat jatah kaos panitia demikian bervasiasi, sangat terbatas. tetapi ada beberapa group yang berkantor di gedung bertingkat bahkan sampai anaknyapun mendapat kaos gratisan secara seragam. kontras sekali. panitia saja beraneka warna, tetapi beberapa group malah berkaos satu warna. luar biasa. sampai-sampai ada seorang keluarga yang bertanya "panitianya yang mana?". bingung, yang seragam koq malah pesertanya.

sekali lagi, dimohon dengan bijak membaca tulisan "relung" kali ini. bukan berarti memperbesar rasa iri, tetapi segala sesuatu harus disikapi dengan hati.

selamat membaca!

oh iya, kalau ada yang mau sharing langsung reply with comment ya ? kalau keberatan, nama tidak akan dipublikasikan koq, tenang aja :)

Tombak kiai pleret, legenda dari tanah jawa. Konon kabarnya begitu sakti mandraguna. Hanya saja kesaktian senjata pusaka ini sangat tidak mumpuni jika dikendalikan oleh tangan tidak bertanggung jawab. Gelegar aura kedigdayaannya hanya bersifat sesaat dan sekejap. Setelah itu melempem karena si tangkai kusam dan kurus kering kehabisan semangat.

Selayaknya tombak, tentulah ujungnya sangat menentukan. Putih mengkilap, menyejukkan mata, mengundang perhatian dan kekaguman siapa saja memandang. Tajam, berkharisma. Keputusan-keputusan diambil oleh sang ujung tombak begitu mematikan, ide-idenya brilliant melumpuhkan serangan lawan. Itulah sebabnya dalam sebuah management, ada sebuah departemen sering disebut sebagi "ujung tombak".

Bagaimanapun sakti tombak kiai pleret, walau setajam apapun akan terkesan tumpul jika tidak dirangkai dengan gagang sebagai pegangan. Pegangan inipun harus kuat menyatu serta berpadu dalam gerak serta langkah. Arah manapun yang ujung tuju, sang gagang dengan setia (dipaksa) mengikuti. Sayangnya, tidak jarang si tangkai hanya sebagai pelengkap penderita. Ia sering tidak dilirik saat berhasil mengegolkan ivent-ivent si ujung. Disaat harus bekerja keras, gagang tombak selalu bekerja keras, bahkan dimotivasi habis-habisan.

"ayo, kita harus bekerja bersama, satukan langkah. Kita harus kuat!" tapi, setelah semua berhasil. Hanya sang ujung diusap dan dielus. Sementara sang gagang yang telah lecet-lecet, begitu cepat dilupakan, dianggap angin lalu peran sertanya. Pujian dan belaian hanya diberikan kepada si ujung, sang gagang dianggap tidak ada. No party for stick.

Apakah memang harus seperti itu ?

Disaat sang tombak harus bertempur habis-habisan mengegolkan berbagai hajatan (ivent) untuk mendongkrak penjualan, hanya ujungnya saja yang dielus dan dielu-elukan. Fasilitas dan doping spirit selalu digulirkan. Makanan dan asupan bergizi sangat diperhatikan.

Apakah demikian halnya dengan si tangkai ? tidak!

Walaupun begitu, si tangkai ternyata terbuat dari jantung kayu begitu keras. Nrimo dan hanya tahu soal bekerja. Sekuat tenaga, sampai cucuran keringat penghabisan. Kebahagiaan dan kepuasan hati bukan terletak pada gemerlapnya kulit bersinar, melainkan kematangan berfikir dan berjiwa besar.

Tetap semangat rekan-rekanku yang menjadi "gagang tombak abadi", meski kulitmu hitam kasar, tapi hatimu emas berkilau dengan keindahan jiwa tak tertandingi. kekayaan hati tak pernah diragukan lagi.

salam,
tukor

dan ini adalah historical sambutan terakhir. sayang sekali, beberapa email senada sebelumnya telah terhabus dari inbox.


salwangga
06/24/2008 11:28 AM
To:
cc:
Subject: TOP SECRET

ini hanyalah "salah satu" dari bola salju yang sempat aku gulirkan beberapa waktu lalu.
kalau "suatu saat" ada suara timpang untuk PPIC HO, ini adalah akibat dari ulah saya.
sebenarnya ada beberapa email emngenai tulisan lain yang lebih pedas masuk ke inbox saya, tapi "tidak mungkin saya ungkap" dan "cukup menjadi catatan pribadi" bagi saya. saya juga sudah putuskan untuk tidak menanggapi APAPAUN kata dan dari SIAPAPUN orangnya. KECUALI, bicara secara langsung empat mata berhadapan muka dengan saya.
dan ini, hanya salah satu sebab kenapa rubrik gerilya "relung" saya hentikan.
mohon ma'af untuk para senior, kalau secara tidak sengaja justeru terkena "efek samping" dari tulisan usil saya.
salam,
salwangga
ps: kalau ada yang hendak mengomentari atau memberikan masukan, silahkan reply dengan cara japri (just one name ke saya)
----- Forwarded by salwangga on 06/24/2008 10:12 AM -----

Riany Mutiara
06/24/2008 09:45 AM

To: Evie Sabrina, Willa Wilianti, Yusiana Ismaniharti, Christina Nurasima, Mariana, Lia Puspitasari, Ida Ramahwati, Triyatmi Dede, Agus Prasetyo, Wirawan Laksono
cc: salwangga
Subject: Re: relung : tombak kiai pleret

Ealah Mbaaaaak dia ngiri ma kaos Sarimi kita yg pas pergi ke mega Mendung....cilaka, coba dikoreksi ya, orang Marketing HO kagak ada yg bawa anak.....
Teruuuuus......aku sebagai orang yg pernah kerja di cabang selama 2 tahun (Cab. Surabaya) kok gak pernah ngiri ya dulu ma orang HO suerrrrr......di cabang enak kok......the truth is enak ato nggak enak nya lingkungan kantor kita itu kan tergantung dari kitanya sendiri, biar di manapun juga kalo hati kita gak bersih, gak tulus, selalu dengki alias nganggep rumput tetangga lebih hijau ya.....merana terus, merasa kecil terus.....Ada kata pepatah The one who should make you happy is YOURSELF...

So, Pak Salwangga yang terhormat kalo gak suka sama seragam kita waktu itu ngomongnya jgn sekarang doooonk, ngomong pas waktu itu ,protes kalo perlu...kalo sekarang mah UDAH BASI.......



Evie Sabrina
06/24/2008 08:39 AM
To: Riany Mutiaracc:
Subject: relung : tombak kiai pleret

----- Forwarded by Evie Sabrina on 06/24/2008 08:10 AM -----

Evie Sabrina
06/24/2008 08:27 AM
To: Willa Wilianti, Yusiana Ismaniharti, Emmy Kusumawati, Evie Pangestu, Christina Nurasima, Mariana, Lia Puspitasari, Ida Ramahwati, Triyatmi Dede, Nunuk Nuraini, Ike Susanti, Jenny Palit, Agus Prasetyo, Susienta Somawidjaja, Wirawan Laksono
cc:
Subject: relung : tombak kiai pleret

Maksudnya apa sih.............?

----- Forwarded by Evie Sabrina on 06/24/2008 07:53 AM -----

Tularsih
06/23/2008 05:11 PM
To: Maiya, Evie Sabrina
cc:
Subject: relung : tombak kiai pleret


----- Forwarded by Tularsih on 06/23/2008 04:45 PM -----

Neneng Henny
06/02/2008 04:43 PM
To:
cc: (bcc: Tularsih)
Subject: relung : tombak kiai pleret


Neneng Henny

----- Forwarded by Neneng Henny on 06/02/2008 04:49 PM -----

Salwangga 06/02/2008 04:21 PM
To:
cc: (bcc: Neneng Henny)
Subject: relung : tombak kiai pleret

dear rekans,
relung kali ini terinspirasi dari kegiatan hari minggu tanggal 1 juni bertepatan dengan hari lahirnya pancasila 63 tahun lalu. walk fun 10 kilometer dirayakan di monas dengan hajatan memecahkan rekor MURI supermie Go Series makan mie secara serentak dengan 34.371 (quick count) orang. dihadiri pula oleh gubernur DKI Fauzi Bowo. sempatkan untuk menyaksikan siaran tundanya di trans tv tanggal 8 juni hari minggu mendatang jam 8 pagi. jangan sampai lewat ya?
relungku tersentuh saat terjadi didepan mata, perbedaan perlakuan antara "si ujung" dengan "si gagang". ingatanku kembali melayang pada acara tour bersama orang-orang HO di mega mendung permai desember tahun lalu. saya beserta team mendapat jatah kaos panitia demikian bervasiasi, sangat terbatas. tetapi ada beberapa group yang berkantor di gedung bertingkat bahkan sampai anaknyapun mendapat kaos gratisan secara seragam. kontras sekali. panitia saja beraneka warna, tetapi beberapa group malah berkaos satu warna. luar biasa. sampai-sampai ada seorang keluarga yang bertanya "panitianya yang mana?". bingung, yang seragam koq malah pesertanya.
sekali lagi, dimohon dengan bijak membaca tulisan "relung" kali ini. bukan berarti memperbesar rasa iri, tetapi segala sesuatu harus disikapi dengan hati. selamat membaca!
oh iya, kalau ada yang mau sharing langsung reply with comment ya ? kalau keberatan, nama tidak akan dipublikasikan koq, tenang aja :)
Tombak kiai pleret, legenda dari tanah jawa. Konon kabarnya begitu sakti mandraguna. Hanya saja kesaktian senjata pusaka ini sangat tidak mumpuni jika dikendalikan oleh tangan tidak bertanggung jawab. Gelegar aura kedigdayaannya hanya bersifat sesaat dan sekejap. Setelah itu melempem karena si tangkai kusam dan kurus kering kehabisan semangat.
Selayaknya tombak, tentulah ujungnya sangat menentukan. Putih mengkilap, menyejukkan mata, mengundang perhatian dan kekaguman siapa saja memandang. Tajam, berkharisma. Keputusan-keputusan diambil oleh sang ujung tombak begitu mematikan, ide-idenya brilliant melumpuhkan serangan lawan. Itulah sebabnya dalam sebuah management, ada sebuah departemen sering disebut sebagi "ujung tombak".
Bagaimanapun sakti tombak kiai pleret, walau setajam apapun akan terkesan tumpul jika tidak dirangkai dengan gagang sebagai pegangan. Pegangan inipun harus kuat menyatu serta berpadu dalam gerak serta langkah. Arah manapun yang ujung tuju, sang gagang dengan setia (dipaksa) mengikuti. Sayangnya, tidak jarang si tangkai hanya sebagai pelengkap penderita. Ia sering tidak dilirik saat berhasil mengegolkan ivent-ivent si ujung. Disaat harus bekerja keras, gagang tombak selalu bekerja keras, bahkan dimotivasi habis-habisan.
"ayo, kita harus bekerja bersama, satukan langkah. Kita harus kuat!" tapi, setelah semua berhasil. Hanya sang ujung diusap dan dielus. Sementara sang gagang yang telah lecet-lecet, begitu cepat dilupakan, dianggap angin lalu peran sertanya. Pujian dan belaian hanya diberikan kepada si ujung, sang gagang dianggap tidak ada. No party for stick.
Apakah memang harus seperti itu ?
Disaat sang tombak harus bertempur habis-habisan mengegolkan berbagai hajatan (ivent) untuk mendongkrak penjualan, hanya ujungnya saja yang dielus dan dielu-elukan. Fasilitas dan doping spirit selalu digulirkan. Makanan dan asupan bergizi sangat diperhatikan.
Apakah demikian halnya dengan si tangkai ? tidak!
Walaupun begitu, si tangkai ternyata terbuat dari jantung kayu begitu keras. Nrimo dan hanya tahu soal bekerja. Sekuat tenaga, sampai cucuran keringat penghabisan. Kebahagiaan dan kepuasan hati bukan terletak pada gemerlapnya kulit bersinar, melainkan kematangan berfikir dan berjiwa besar.
Tetap semangat rekan-rekanku yang menjadi "gagang tombak abadi", meski kulitmu hitam kasar, tapi hatimu emas berkilau dengan keindahan jiwa tak tertandingi. kekayaan hati tak pernah diragukan lagi.
salam,
tukor

4 komentar:

  1. hahaha ... bagus ... bagus ... (kayak pak tino sidin)
    asyik juga baca blog ini. TERUSLAH BERKARYA, SAUDARA.
    terima kasih atas kunjungannya

    BalasHapus
  2. labalaba, salam kenal.

    terimakasih sudah mampir.

    BalasHapus
  3. selalu ada waktu bagi mereka yang menghargainya.

    BalasHapus
  4. wah...tulisan yang memotivasi...
    met wiken

    BalasHapus