Rabu, 25 Februari 2009

bankir sesa(a)t : tapak² sesat bangkitkan konspirasi

kontes sesat
Kocak, humoris, nyentrik. Itu kesan pertama menatap bankir sesa(a)t. Design cover dominan kuning klasik disuguhi gambar manusia klimis bertampang (di) iblis (-iblisin) mengingatkan masa kecil saat menempel gampar kepala dengan pas photo ukuran 10R kiai sharmin -musuh Flash Gordon. Kalau zaman sekarang mungkin sekelas Power Ranger atau Mask Rider Kuuga. Jagoan dalam angan-angan.

Kalau buku ini sampai jatuh ketangan autis, sontak berubah jadi dewa ketawa. Ngakak tiada henti. Kalau kebaca sama orang gila, langsung waras deh. Kasihan dokter kejiwaan, keserobot job-nya lantaran pasien menurun drastis. Stress, putus asa, gelisah, linglung. Apa lagi? Depresi, mungkin. Lenyap sebelum berkedip. Iblis klimis bertampang ganteng bertanduk nongkrong di sampul depan, narsis abis. Ini saja sudah cukup menggerakkan urat bibir buat mencibir – eh, nyengir maksudnya. Menahan geli.

Langsung halaman terakhir (cover dalam) terutama pembaca yang diuber janda beranak lima minta dinafkahi secara ekonomi, hilang tegang – muncul riang baca selembar ini saja. Urat penasaran segera pengin ketawa lebih ngakak menyendul-nyendul tirani (dan benteng) depresi. Profil penulis “… umur 17 tahun, oke..oke… korupsi 11 tahun, itung sendiri deh…” tengil abis kan? Belum lagi monyet piaraan ikut nampang disitu. Jadi inget si kaca mata dari goa hantu. Si buta apa si kaca mata, jadi lupa. Mirip banget sih.

Hidup ini hanya canda gurau. Just relax, please! Kalau Butet Kertaredjasa bilang “Urip mung mampir ngguyu” diabadikan dalam “presiden guyonan”. Ichanx lain lagi, “maka, sesungguhnya beserta kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya, beserta kesukaran ada kemudahan”. Loh, ini kan QS al-insyirah (kelapangan) : 4-5? Ketinggian! Yang bener klo versi Ichanx tuch “di balik kejadian ada yang pantas diketawa(korban)kan”. Dalam arti, setiap tapak sejarah pasti ada sisi ketawanya. Tergantung sudut pandang.

Lebih lanjut baca buku ini, tak tidur semaleman pun masih bisa fresh. Liku-liku menjadi bankir ”professsional” dengan tiga “s” (karena klo dua s, benar. Ini kelewat pro) dikemas kocak penuh canda. Makna, jelas ada. Pelajaran, ada juga. Dari sudut makhluk unik tentunya. Menunjukkan tak ada lagi perlu di bikin pusing problematika hidup. Kalau anda, pembaca belum masuk kategori unik berarti tidak masuk hitungan dapat mencerna hikmah. Walaupun baca sepuluh kali sambil merem sekalipun.

Ada sesuatu yang rawan menyebar, menjangkiti setiap pembaca. Lebih parah lagi setiap menatap sampul depan. Sesuatu itu adalah semacam kuman yang membikin gatal untuk segera bikin blog, nulis catatan harian, dari paling pendek, sedang, sampai panjang. Dari biasa, rahasia sampai paling pribadi. Gawat! Sampai kebaca anggota DPR, bisa bersih koruptor. Tumpas abis oleh pengakuan sendiri. Bangga lagi. Ini loh trik korupsi paling jitu hasil kreasiku, katanya. Jangan sembarang baca kalau tidak siap mental, bisa-bisa komunitas bloger dengan predikat new comer tumbuh pesat. Program KB digalakkan lagi. “punya blog dibatasin cukup dua saja!” Kasihan juragan bandwich makin kaya, kebanjiran iklan.

Tapak-tapak sesat seperti ini (mepublikasi ketengilan lewat dunia blog akhirnya jadi buku), dapat membangkitkan konspirasi mesum. Setiap blog, berisi puluhan, bahkan ratusan pengakuan dosa (tanpa merasa berdosa). Penyelewengan, perselingkuhan, bahkan berapa kali ganti pacar dan cara pacaran pun di tulis juga. (* ada gak sih yang kayak gini. Ke depannya ada kali ya. Adain dong, ayo siapa berani duluan?) Kebanyakan memang catatan usil, sering disingkat cablak alias catatan blak-blakan.

Pembebasan! Inilah kata paling tepat. Zaman 1980-an, Pramoedya meluncurkan tetralogi pulau buru terdiri : bumi manusia, anak semua bangsa, jejak langkah dan rumah kaca. Pembebasan ideologi, pemikiran, perserikatan, benar-benar berlatar sejarah. Berawal pada 2004-an (sekarang berapa sih, 2009 ya) muncul karya pembebasan juga. Bedanya pembebasan diri dari pengungkapan segala hal paling pribadi. Raditya dika – kambing jantan, atau Pidi Baiq – drunken monster. Ada juga Ichanx dengan bankir sesa(a)t. Trus, who’s next?

Anda, pembaca. Hati-hati ketarik medan magnet –tapak-tapak sesat- ini. Satu hal pasti, diambil pelajaran dari Ichanx lewat buku bankir sesa(a)t. Setiap manusia butuh expresi, eksistensi – diakui keberadaan. Menulislah, maka kamu ada dan diakui anak cucu cicit. Sekedar ada sih dicatatan sipil pasti ada. Tapi, diakui anak cucu sampai cicit? Mesti dibuktikan lewat karya. Bebaskan segala beban (kehidupan) dengan berbagi. Kalau susah ngobrol, sahabat sejati langka, ya lewat blog. Diarynya dunia maya. Tak terbang ditiup angin, tak sobek diterpa hujan, tak karatan dijemur matahari.

Guratkan tapak-tapak sejarah lewat karya(tulis). Masa ejaan soewandi sudah lewat. EYD sudah telat. Sekarang zamannya EYP – Ejaan Yang di Pribadi kan. Alias ejaan suka-suka gue. Bayangkan, setiap orang punya ejaan pribadi, berapa edisi lagi mesti ditempuh bahasa bangsa ber-reinkarnasi untuk menjadi aslinya kembali.

Yuk! Rame-rame nulis blog. Para editor penerbitan sedang mencari mangsa, bloger mana mau dibukukan menyusul Ichanx. Bikin anak anda bangga dengan bonyoknya lewat karya. Kalau belum bisa EYS –Ejaan Yang di Sastra kan, pakai EYP juga boleh koq. Atau EYK – Ejaan Yang di Kacau kan, seperti komentar ini.

Gimana cara (belajar) nulisnya? Baca buku Ichanx –bankir sesa(a)t. Ganti aja peristiwanya dengan apa yang anda alami. Jadi deh, warisan keramat. Mau, mau, mau?

2 komentar: