Pernah ku bicara tentang cinta, namun kau anggap hal yang biasa. Seolah tiada hal yang peduli lagi. Jauh sudah kau banyak berubah. segala cara tlah kucoba untuk pahamikan sikapmu. percuma rasanya bertahan dengan segala kesetyaanku. Bagai air di daun talas mana mungkin cinta kan terbalas, buat apa, dan, percuma saja bila bersama tak bersa tak pernah bersatu. jalan terbaik kita berpisah.
Wah, ternyata aku ini melankolis juga. Romantis, gitu loh, lebih tepatnya. Bagaimana tidak, aku yang notabene pernah menyandang sabuk coklat beladiri kempo jebolan gelanggang mahasiswa ugm bulak sumu jogjakarta. Eh, suka lama kirey dengan lagu judul bagai air di daunt alas.
But, itulah salah satu sisi hidupku. Terlalu komplek. Satu sore aku begitu mendayu-dayu dengan rayuan maut yang bisa menggoyahkan siapa saja. Dan soal rayuan maut ini, bukan Cuma sekali dua kali aku buktikan. Seandanya saja, ada pembaca blog pribadi ini yang kebetulan pernah merasakan “xxxxx” gara-gara ulahku. Wah, malunya tak ketulungan. Tapi, masih mending malu di dunia ini, hanya manusia yang mencibir, hanya setan yang menertawakan. Daripada, di akherat nanti justru malaikan dan bahkan Tuhan yang tak mau memandangku. Atau bahkan sang rasul saw pun tak mau mengakui keumatanku.
Pagi ini, aku datang kantor lumayan pagi. Jam setengah tuhuh. Waw, rekor terpagi tentunya. Setelah secara minggu-minggu kemarin aku datang bisa jam sebelas siang baru nongol di pintu kantor. itupun bukan langsung pegang laporang dan kontrol system sap di kantor. malah, nyalain komputer, stel musik. Dan, pasti lagu perdana yang kudengar adalah padi dengan sang penghiburnya. Tahu kan lagu ini?
Salah satu baitnya aku sukai adalah “bukankah hidup ada perhentian, tak harus kencang terus berlari, kuhelakan nafas panjang, tuk siang berlari kembali”. Begitu meresap dan menjiwai. Mebakar semangat sekaligus menyadarkan bahwa manusia masih perlu istirahat agar selalu fresh.intinya, yang aku tangkap sih, perlu keseimbangan. Itu saja. Untuk aplikasi penyelaman makna yang lain lagi, ada pada bait pertama.
Simak deh, “setiap perkataan yang menjatuhkan, tak lagi ku dengar dengan sungguh. Juga tutur kata yang mencela tak lagi kucerna dalam jiwa. Aku bukanlah seorang yang megerti tentang kelihaian membaca hati. Ku hanya pemimpi kecil yang berangan tuk merubah nasibnya”. Hmm, bukankah manusia itu seharusnya begini. Begitu pula aku, tak usahlah terlalu muluk untuk mendedikasikan diri harus bersinar terang bak matahari. Yang penting, cukup memiliki sinar sendiri, minimal memantulkan sinar terang. Tak perlulah harus menjadi bintang, cukup rembulan yang memantulkan cahaya penerang. Jangan malah kabut malam yagn selalu menyelimutkan ketakutan dalam benak anak-anak.
Komplek. Inilah, kata yang lebih tepat untuk menggambarkan tentang aku. Masih soal rayuan maut akibat dari sisi melankolis dan romantisme diriku. Wuih, diriku. Tadi aku, kadang gue, kadang ane, kadang saya. Tuh kan, komplek pokoknya.
Pada saat awal bekerja (dipindah) ke kantor pusat di bilangan ancol, Jakarta utara. Ya iyalah, namanya ancol itu dijakarta utara. Tak perlulah disebutin. Masak ancol di bekasi. Ngaco. Wah, lagi mau cerita tentang “selingkuh batin”ku malah dengar nugie. Nyanyi dulu ya…
Lama sudah kumencari, apa yang hendak kulalukan. Sgala titik ku jelajahi, tiada satupun kumengerti. Tersesatkah aku disamudra hidup. Kata-kata yang kubaca, terkadang tak mudah ku kenang. Ooooh, bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya. Inikah jalanku, inikah takdirku. Biarkan ku mengikuti swara dalam hati yang slalu membunyikan cinta… kupercaya dan ku yakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku… lentera jiwaku….oohhhhh yeeaaahhhhh…
Nah kan. Dari segi tulisan ini saja terlihat banget kalau aku tuh labil. Rapuh, eh, tar dulu ya. Klo rapuh kayaknya tidak deh. Hanya kadang-kadang saja sih. Dari mulai nulis asal ketik. Denger lagu ikut nyanyi. Lalu melayang angan ikutin kemana aja suka. Tanpa arah tujuan. Sampai berkali-kali berputar-putar tak karuan.
Oh iya, mau cerita apaan tadi? Hmmmm, nah, selingkuh batin. Ini adalah merupakan satu sisi kejelekanku. Hmmm….. mungkin tar aja kali ya. Dalam kesempatan lain cerita soal beginian. Abisnya, lagu yang terdengan dari pc ku sedang pas banget sih. Tar malah kebongkar semuanya, repot. Lagu apa coba. “main hati” ha..ha..ha..ha… tahu kan penyanyinya. Itu tuh, salwangga and the black born. Artinya apa tuh, asal deh. Pokoknya.
Hhh, kembali aku coba helakan nafas pagi ini. Mendinga cerita pas tadi mau nyeberang jalan aja deh. Gini, begitu mau nyeberang perempatan depan hotel alexis. Lumayan lama banget baru bisa nyeberang. Apa pasar? Begitu aku berdiri di tengah persimpangan. Ditengah loh ya, bukan di pinggir. Klo dipinggir, tar orang pikir lagi ngemis. Atau juga lagi nunggu langganan. Ups, langganan, emang jablay. Kacau.
Aku berdiri ditengah tuh, maksudnya biar ketahuan klo aku mau nyeberang. Tak tahunya, berkali-kali mobil-mobil ngejreng dengan satu penumpang malah menyalakan lampu dim berkali-kali. Begitu pula motor. Gila, tak ada yang mau ngalah. Kasih kesempatan dikit aja denga melambatkan laju kendaraan. Tak mau. Apalagi mengalah. Padahal hanya memberikan kesempatan jalan nyeberang bagi satu pejalan kaki ganteng kayak aku ini. Tak mau! Sungguh terlalu.
Rupanya seperti ini toh, profil pengendara Jakarta. Tak mau sedikitpun membuka jalan untuk orang lain. Pejalan kaki gitu loh. Ini, memang aku sengaja. Aku tunggu sampai benar-benar ada yang mau memberikan jalan. Sabar sedikit dengan melambatkan laju kendaraan. Dan, aku baru mau nyeberang. Satu menit, belum ada juga. Dua menit, eh, lah koq malah lampu dim tanpa henti terus berkedip-kedip. Dari sedan, kijang, ah, sampai jenis mobil apa tak hapal aku. Maklum, orang pinggiran. Biasa naik gerobak, nangkring di punggung kerbau. Tak tahu lah aku jenis-jenis mobil.
Hingga akhirnya lima menit kucoba bersabar dan membuktikan teoriku. “setiap orang apalagi yang sedang berkendara dijalanan, lebih suka menutup orang lain daripada memberi jalan”. Padahal, sudah dijelaskan bahwa, barang siapa menutup rejeki sesame tiada lain dan tiada bukan kecuali dia menutup rejeki sendiri. Kasih kesempatan pejalan kaki buat nyeberang kan juga rejeki?
Akhirnya, tak tahan juga aku menunggu terlalu lama. Ya udah, maju aja. Sambil tatapan mata nyalang, di serem-seremin gitu. Kalau perlu tangan pegang batu diacungin keatas sambil bawa tulisan “hayo, kasih jalan gak. Kalau sampai nyelonong bikin panas, batu siap melayang nih. Siap-siap aja kaca mobil loe pecah” ternyata, cara ini memang berhasil. Terbukti, kalau mau nyeberang jalan tak usah permisi dulu. Langsung aja maju pelan-pelan sedikit demi sedikit. Dengan tetap membiarkan suara klakson motor maupun mobil berdentingan ditelinga kanan kiri.
Tuh, begitu profil pengendara dijalan. Belum lagi saat mau belok kanan bagi sesame pengendara. Misalnya, saat satu arus sama-sama naik motor. Kalau mau motong jalan ke arah kanan. Tentunya kita ngasih lampu sein. Setengah budeg, pastilah kuping ini panas dengar suara klakson dari belakang. Seakan bilang “hoi… awas, jangan belok kanan dulu. Gue dibelakang loe nih” padahal, seharusnya kita ngasih lampu sein tuh mau belok kanan dan mohon diberikan jalan. Eh, malah klaksonan seperti suitan panjang terdengar. Pernah ngalamin gak seperti ini?
Sebenarnya masih pengin nulis sih. Tapi, iwan fals dalam pc mengucapkan “selamat tidur, sayang” lagi pula jam di kantor sudah menunjukkan delapan kurang seperempat. Bentar lagi jam kantor berdentang. Siap-siap dengan rutinitas baru. Apaan tuh? Check system? Kerjain laporan? Kontrol transaksi sap? Wah, tar dulu deh. Kayaknya browsing dulu deh. Mumpung masih duduk di kantor dengan fasilitas internetan gratis. Meskipun banyak yang diblok sih.
Oh iya, soal blokir i-netan ini ternyata untuk akses blog yang di multiply gak bisa juga. Payah. Padahal blog itu banyak yang bagus-bagus loh.
Eh, ini gimana sih. Katanya udahan nulis bebasnya, koq masih berlanjut juga. Ya,siapa yang larang. Nulis mah nulis aja. Gak ada yang larang koq. Lagi pula dengan menulis bebas seperti ini justeru otak tuh lebih fresh, seger. Itung-itung rekreasi jiwa tanpa biaya. Coba kalau ke dufan atau ke pantai marina sewa kapal. Berapa duit tuh buat ngegantiin?
Terserah aku dong, mau nulis apa kek. Curhat, lagu, uneg-uneg. Atau bahkan pisuhan kasar pun suka-suka lah. Toh, dengan nulis ini tak mengganggu orang lain. Kecuali anda yang baca tentunya. Daripada tiba-tiba aku kerasukan mike Tyson, trus main pukul setiap orang aku termui. Gawat kan. Mending kayak gini. Duduk didepan komputer sambil dengerin musik, trus nulise sekenanya. Tak perlu editing, tak perlu sensoring, screening, apalagi meeting. Loh… apa hubungannya.
Begini, saudara-saudara. Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, rasa jenuh tak mungkin tak menghinggapi. Kita butuh keluar dari pakem rotasi yang dijalani. Keluar dari jalur rutinintas, maksunya. Gitu aja gak ngerti.
Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan rasa bosan? Susah juga menjawab pertanyaan ini. Bosan itu adlaah sebuah kata dengan awalan huruf b dan berakhiran dengan huruf n jumlah hurus ada lima. Huruf tengagnya s. loh, anak teka yang baru mengeja huruf juga tahu, monyong!
o.k. o.k. bosan menururp kamus besar kepala salwangga adalah, suatu kondisi dimana hati ini tak tenang jiwa ini resah dalam beraktivitas seperti biasa. Maksudnya? Ya aktivitas itu kegiatan. Bosan itu pengin keluar dari lingkaran rutinitas. Nah, ketemu juga akhirnya definisi yang pas. Pokoknya ya gitu. Bosan itu is bosan, boring, pengin keluar dari kehidupan. Loh, koq? Penging mati maksunya. Ya iya. Pengin mati. Betul itu. Tapi bukan mati orangnya, melainkan dimatikan sejenak kegiatan rutin yang biasa dilakukan.
Contohnya, gampang. Apa yang aku lakukan ini adalah untuk menghilangakan rasa bosan alias membuat otak fresh seketika. Dan, terbukti. Saat menuliskan bebas, tanpa tema, tanpa koreksi, mau salah kek, mau benar kek, mau nyambung, mau enggak, mau berbobot mau beringan. Terserah saja. Dan, tak perlu dibaca ulang. Kalaupun banyak yang salah eja, salah ketik. Wah, itu berarti karena belum terbiasa saja.
Coba deh, untuk pengetik dengan system sepuluh jari seperti aku ini. Banyak kemungkinan salah ketik. Gak percaya, coba aja baca tulisanku ini, dan hitung berapa huruf yang salah pencet. Satu hurus dihargai seratus perak. Berani? Tapi, maksimal Cuma seratus huruf loh. Karena kalau sampai lebih dari seratus huruf yang salh, itu berarti ketahuan bagnet klo jari-jariku ini tidak mudah dikendalikan. Jangan bilang otakku error ya…. Awas!
Hmm, lumayan kan. Sudah setengah jam berlalu tak berasa. Dan otakku rasanya fresh, seger gitu. Kalau saja anda merasakan sedang puasa, trus saat ini sudah jam lima sore. Atau setengah enem deh, menjelang buka puasa. Nah. Anda kebetulan sedang habis jalan dari kantor. maksudnya anda baru saja pulang kantor dengan berjalan kaki. boro-boro mobil, motor aja gakada. Sepeda aja Cuma minjem, makanya jalan kaki. saat badan setengah letih. Jangan letih banget. Trus, masuk kamar mandi, guyur sepuasnya. Mandi keramas. Seger kan? Nah, seperti itu rasanya otakku saat ini.
Ini berarti menunjukkan klo aku tuh bener-bener punya otak. Terbukti bisa merasakan segernya, gitu loh… he..he..he..
Pas jam delapan. Agnes monika nih. Mau dengerin?
Tertutup sudah pintu
Pintu hatiku
Pernah dibuka untuk hanya untukmu
Kini kau pergi dari hidupku
Ku harus relakanmu
Walau aku tak mau
Berjuta warna pelangi
Didalam hati
Sejenak luluh bergeming
Menjauh pergi
Tak ada lagi
Cahaya suci
Semua pudar beranjak aku terdiam sepi.
Dengarlah matahariku suara tangisanku, kubersedih karena panah cinta menusuk jantungku. Ucapkan matahariku berbisik tentang hidupku. Tentangku yang tak mampu mengatakan cinta.
Oh, berjuta warna pelangi didalam hati. Sejenak luluh bergeming menjauh pergi. Wah, udah kembali ke bait awal.
Asyik juga pagi-pagi datang kantor lebih awal. Nulis sekenanya, sambil dengerin musik. Apa saja yang terlintas dalam kepala, tulis sekenanya, tak perlu ada ejaan yang disempurnakan, tak perlu pake tata karma. Yang penting, tulis dan tuangkan dengan tulisan. Tujuan utama saya adalah melatih kesepuluh jari ini agar tak salah-salah lagi menulis. Dan ternyata, siapa yang mau koreksi hayo……
Gimana nih, terusin gak? Apanya? Nulisnya lah, masak tidur. Hmmm, gimana ya. Pengin berhenti, eh, lagunya bagus nih……
Kau rinduku jiwaku indah memnggil dirimu mataku terbangun untuk menanti menantimu. Jangan pernah kau ragukan cinta yang sesungguhnya itu bisa menghancukan semua buka begitu. aku sungguh masih sayang padamu, jangan sampai kau meninggalkan aku begitu sangat berharga dirimu bagiku. Kan ku pastikan saja dihatimu kan ku korbankan semuanya untukmu sungguh kuberharapkau pun begitu padaku.
Engkau rasakah cinta yang begitu kan mengesankan yang ku pasti dapatkan kemesraan yang penuh bintang…….
Hayooo… lagu apaan tuh yang coba ku ketik????
Udah ah… mau kencing dulu. Kebelet nih….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar