Rabu, 22 April 2009

buangin sampah gue!

Hati-hati berkehendak

Ada seorang supervisor cost accounting. Chinest. Disebuah perusahaan, jika jabatannya sudah spv alias supervisor biasanya mempunyai daya magnet lumayan tinggi. Pengaruh maksudnya. Dimata para staff biasa, orang ini cukup disegani. Disamping ketelitian tinggi, disiplin dan tak kenal kompromi terhadap adanya penyimpangan data (cost gitu loh, duit duit. Oalah duit. Tiap hari berkutat sama perhitungan rugi laba dan cost production, labour cost, dan sejenisnya) yang kurang sreg. Intinya, harus zero defect. Cacat nul. Nihil penyimpangan. Serupiahpun. Udah kebayang, karakter gimana hendak kusampaikan tentang orang ini.

Sebut saja Koh. Tidak lantas, Koh tidak bisa diperintah. Tergantung bagaimana cara memanfaatkan move-energi.

Ceritanya gini nih. Aku bertaruh sebungkus rokok sama temen. Kalau aku bisa membuat Koh membuang sampah dari tanganku. Menyalakan rokok dimulutku. Maka, si temen ini harus membayar dengan dua bungkus rokok untukku. Ya iyalah, masak untuk monyet. Jelas untukku dong. Gimana sih?

Si temen ini ngotot ‘ah, mana mungkin’, secara, biasa urusan job aja mesti adu argument dulu untuk bisa ngalahin dia. Apalagi urusan update data yang jelas-jelas kita salah. Mesti ada berita acara dulu (ngemis istilahnya) baru ia mau berbuat.

Taruhan dinaikkan, untuk dia limapuluh ribu. Untukku cukup (tetap) dua bungkus rokok. Ia udah yakin banget bakal makan nasi padang siang ini. Akupun still yakin aja dengan perbuatanku.

“Koh”, kataku, “transaksi kemarin, ada kesalahan input data dibagian produksi. Sementara, cost sudah terlanjur diposting. Ini, akan berakibat pada posting month and close akhir bulan nanti. Ending balance tidak akan nyambung untuk periode kedepan”

Si Koh, mulai menoleh. “jurus pertama masuk” batinku. Untuk menarik simpati dan perhatian Koh, sengaja aku sodorkan permasalahan yang unik dan merugikan dia. Fatal akibatnya kalau tidak didengarkan. Akhirnya, Koh dengan antusias mendengarkan penjelasanku. Segala proses dan alur transaksi system aku jelaskan secara detail.

Interaksi dialog pun terjadi. Si Koh makin serius. Konsentrasi Koh seratus persen full pada pembicaraan. Ditengah asyik masyuk seperti itu. Perlahan aku keluarkan korek dan rokok yang masih utuh (belum dibuka segel). Dimana, kalau dibuka, harus ada part (bagian) harus dibuang. Inilah, sampah yang harus dibuang sama Koh.

Korek aku sodorkan ke dia. Sambil bercerita tentu saja. Tuch korek, aku peragakan sebagai sebuah data. Sengaja ceritaku se-berbelit mungkin.

Mau tidak mau, ia antusias menyimak. Sangat malah. Begitu pembicaraan makin masuk. aku buka rokok tadi. Dengan sampah masih aku pegang dengan tangan kiri. Sementara, tangan kanan masih pegang rokok.

Dengan body moving, aku atur sedemikian rupa. Sementara pikiranku tetap konsentrasi kearah mata. Memastikan ia semakin terlena dengan ucapanku. Costing gitu loh. Dia pasti super gerah kalau saja kesalahan benar-benar terjadi. Kalau tidak dapat diupdate ia bakalan kebakaran jenggot nantinya.

Sampah (tutup segel rokok yang beberapa menit lalu aku buka) telah berpindah tangan. Si Koh ini tidak menyadari. Aku pun hanya bilang degnan bahasa isyarat, “telunjuk menunjuk tempat sampah disebelah dia”, tanpa ucapan –nyuruh- ia membuang tuch sampah ketempatnya. Ingat, si Koh tetap antusias dan konsentrasi dengan topik pembicaraan.

“Yes”, batinku. Tanpa mengalihkan pembicaraan. Aku melirik ke teman. Ia mulai nyengir akan kecerdikanku. Misi pertama sukses. “Si Koh berhasil aku suruh ngebuangin sampah!” skak mat. Satu kosong buatku. Si temen udah kelihatan lemes aja. Tapi, ia mengacungkan satu jari. Pertanda, masih ada satu misi lagi.

Aku mengeluarkan rokok (sebatang. Ya iya lah. Mau di isep masa dua. Emang mulut gue berapa.), taruh di mulut. Bukan di hidung, tentu saja. Sambil terus meningkatkan interaksi dialog, tanganku berusaha gerayangan dari saku baju. Pindah ke saku celana, kanan, kiri, sambil terus tanganku bergerak mengikuti irama ucapanku (body moving juga) membuat ia semakin berusaha konsentrasi.

Hasilnya, si Koh ini menyalakan korek. Dan, nyus, mendekatkan tangannya kearah mulutku. Puss..pusss..puss. rokokpun nyala.

“Yes!” missiku berhasil dengan sukses. Si temen hanya nyengir. Untuk tidak mengundang kecurigaan, aku tetap melanjutkan topik pembicaraan. Intinya, aku harus menjelaskan lagi bagaimana kemungkinan untuk update data itu. Dimana, jelas-jelas transaksi itu hanya fiktif. Alias, problem yang aku buat-buat. Alias ngibul belaka.

“Oh, iya. Sorry. Aku salah persepsi. Ternyata transak udah benar” kataku. Akupun sambar pesawat aipun dan pura-pura ngecek ke bagian administrasi produksi. “Gimana, prosedur udah dijalankan dengan benar? Oke. Kalau gitu tidak ada masalah. Hanya saja, aku tadi salah dengar.”

Pembicaraan dengan Koh pun selesai sudah. Aku minta kembali korek itu dari tangannya. Dan aku ucapkan, “terimakasih bos. Anda layak jadi body guard-ku. Tanpa sadar anda telah menyalakan rokokku” kataku. Ia pun tersenyum, tanpa merasa tersinggung. Karena memang aku tidak nyuruh. Hanya reaksi spontan.

Sebaliknya, ia juga puas karena telah mendapatkan sharing penjelasan seputar cost specialisasi job-nya. Bahkan, ia berterimakasih juga karena ‘telah diselamatkan’ dari sebuah transaksi yang ‘bisa saja’ membahayakan posting month and closed akhir bulan ini.

Kejadian itu, nyata. Terjadi tahun 2004. si pecundang itu aku sendiri. Dan si temen –yang harus merelakan dua bungkus rokok- teman satu ruangan.

Hendak aku paparkan dari uraian diatas ialah, hati-hati dengan kehendak disekitar anda yang tidak anda sadari. Jangan sembarangan menanamkan keinginan dalam hati. Ingatlah, kekuatan pikiran jauh lebih dahsyat dapat menggerakkan segala sesuatu. Tapi, jauh lebih dahsyat lagi adalah kekuatan hati.

Bila hati anda jernih. Bila jiwa anda suci. Bila pikiran anda bersih. Anda akan dapat menggerakkan gunung hanya dengan “suara batin” anda. Fakta! Aku dapat menggerakkan seorang -supervisor cost accounting yang seorang chainis yang terkenal dilingkunganku sangat tetili dan a lot dalam hal negosiasi- untuk membuangkan sampahku dan menyalakan rokokku. Tanpa ia sadari!

Bisa jadi, anda dengan segala rutinitas keseharian anda adalah si Koh yang begitu serius menyimak pembicaraanku. Dan, aku hanyalah symbol dari transaksi kehidupan yang begitu menggoda dan melenakan. Sementara, anda tidak sadar telah melakukan perbuatan yang hanya menjauhkan dari tujuan hidup itu sendiri.

Waspadalah, anda pun bisa saja membuangkan sampah bahkan menyalakan rokokku tanpa anda sadari. Dan, itu jelas bukan keinginan anda. Kehidupan serba menipu. Jangan lekas percaya apa yang ada di depan anda. Tapi, percayalah dengan apa yang anda pahami dengan hati anda.

Untuk itu, biarkan Tuhan memberikan pendengaran dan penglihatan-Nya ke dalam lubuk hati anda. Waktunya adalah, sepertiga malam terakhir saat anda sujud dengan begitu damai dan khusyuk untuk menyembah-Nya. Disetiap penghujung malam, Ia bersama malaikatnya turun kelangit bumi untuk hamba-hamba_Nya.

Ashsholatu khoirun minannaum…..! Mau?

2 komentar: