Jumat, 27 Maret 2009

kaum wanita mengharap diperhatikan

“mas, mau nyenening wanita ya?” ibu muda berkerudung putih berkata

“iya nih, bacaanya aja buku begitu” timpal yang lagi hamil muda

“amin” sahutku. sekilas melirik mereka, “isteri baca buku, belum paham. Waktunya gak nyampai, direcokin anak melulu. Gak konsen. ‘ayah, bacain deh. Tar klo udah kelar ceritain aja’ kata istri", senyumku tersungging.


Dialoq itu diatas krl ekonomi bekasi tanah abang. Start 06:08 menit. Penuh. Padet. Kereta ekonomi memang begitu. bukan ke tanah abang sih tujuanku sebenarnya. Toch, kereta itu ekonomi paling pagi. Meskipun muter, jalan-jalan dulu ke tanah abang, lewat juga ke kampung bandan.

Lebih sering berdiri ketimbang duduknya, membuat aku harus bisa mensiasati diri agar tidka jenuh. Beruntung banget, hobbyku mbaca. Apa aja. Pas pagi ini, buku “menjadi wanita paling bahagia” tulisan aidh al-qarni kubaca.

Tepat didepanku berdiri, duduk ibu-ibu muda. Gak muda-muda amat sih, rata-rata udah pada punya anak. Tapi, masih cuantik loh. Heran. Kayaknya lebih cantik klo mau berangkat kerja ketimbang dirumah. Mudah-mudahan gak ironis ya. He..he.he..

Saking konsennya, aku memang rada cuex kalau udah baca. Terpenting, aku tidak mengganggu orang lain. Terserah saja klo ada yang terusik. Oleh bacaanku misalnya. Kayak buku itu, warna-nya pink ngejreng. Judulnya wanita. Dan, memang tentang wanita. Eh, ada juga yang nyeletuk. Awalnya nanya tak berani. Bisik-bisik sesama teman.

Bersyukur, baca buku jadi kesukaanku. Perjalanan kereta jadi tak terasa, mau lambat kek, mau disusul kereta express kek, mau nunggu signal rusak kek. Yang penting, selama ada buku, waktu serasa berhenti dan berpihak hanya untukku.

Tak mengira juga sih, kalau buku yang kubaca ‘itu’ menimbulkan lirikan wanita-wanita yang mendominasi kereta. 1 banding 4 memang kaum hawa yang pada berangkat kerja. Pastinya sih bukan aku, tetapi, buku itu yang mereka lirik. “Oh, penging bahagia juga toch, beli deh bukunya, atau baca sendiri aja lebih paham. Kalau nunggu aku ceritain, wah, ma’af ya, ‘ini’ jatah isteriku he..he.he…”narsisku. dalam hati tapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar