Senin, 11 Mei 2009

hai manusia, ingat umur! (2)

Lanjut ya, masih jam setengah satu. Sebenarnya udah laper sich, hanya saja, biar berentinya di persimpangan. Kapan-kapan kalau mau ngelanjutin lagi gampang. Gak perlu terlalu banyak muter ke belakang. Untuk ambil ancang-ancang.

Karena ini soal ibadah sebagai bekal di kehidupan berikutnya nanti, yang aku kupas juga seputar ibadah ini aja. “Tidak di ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah”. Tentu ingat dan hapal betul dengan ayat ini.

Iya, kalau bekerja ku dihitung ibadah. Lebih sering mengeluh ketimbang bersyukur. Apalagi kalau January kenaikan tak sebanding dengan angan-angan. Belum lagi kenaikan grade yang masih simpang siur dan tak kunjung datang. Masih ditambah kerjaan yang ditambah melulu. Ah… entah berapa prosen kadar ibadah di dalam aku bekerja ini.

Iya, kalau tidur ku dihitung ibadah. Kadang juga lupa berdoa apa enggak. Bangun tidur apalagi. Boro boro sebut “alhamdulillahiladzi ahyana ba’dama amatana wa ilaihinnusur”. Lebih sering langsung kabur ke kamar mandi kebelet kencing.

Iya, kalau puasaku di bulan ramadhan tidak Cuma mendapat predikat lapar dan dahaga. Secara, kebanyakan hanya menggeser jam makan doang. Mentang-mentang seharian (siang) puasa, begitu dalam magrib sampai menjelang subuh, puas-puasin makannya. Apa aja di caplok.

Iya, kalau makan dan minum ku dihitung ibadah. Masih suka makan enak dan kekenyangan. Minum juice beraneka rasa. Makan siang saat jam istirahat kantor masih milih-milih restoran. Menimbun beras dan sembako yang seharusnya boleh jadi hak fakir miskin. Kulkas kosong barang sehari aja, udah ngomel melulu.

Iya, kalau…. Ah, terlalu banyak ternyata yang meragukan untuk diperhitungkan sebagai IBADAH!

Okelah, untuk shalat yang Cuma 10 menit itu tadi (ini pun masih dengan asumsi, karena, tidak jarang shalat seperti ayam patuk beras. Capluk. Udah. Tak ada kesan sama sekali. Bahkan belum tasyahud aja udah lupa, tadi baca surat apa, boro-boro arti dan maknanya). Plus perhitungan biar gampang aku buletin menjadi 1 jam sehari semalam.

Karena ini ngelanjutin, biar gampang ngikutin, baca lagi dari depan aja. Intinya adalah, dalam kurun 65 tahun jatah usiaku, hanya 50 tahun diperhitungkan sebagai “pencari bekal” dengan beribadah. Sehingga ketemu angka 18.250 jam.

Atau, kalau dijadikan hari 18.250 jam / 24 jam(dalam 1 hari) = 760,4167 hari. Dibikin tahun, menjadi 760,4167 hari / 365 hari (dalam 1 tahun). Ketemu angka 2,08 tahun. Gila! Bener-bener gila. Selama itu hanya 2,08 tahun berbanding dengan angka 50 tahun! Hanya 4% saja. Astaghfirullahaladzim…

Jujur ya, ketika sampai (menulis ini) disini, aku menangkupkan kedua tangan ke mukaku. Hanya 4% saja, dan aku mengharap syurga. Bagaimana jadinya kalau aku meminjamkan uang 100 juta, lantas si peminjam baru mengembalikan 4 juta saja. Padahal dari uang modal itu, ia sudah menjadi kaya raya dan mempunyai pabrik dimana-mana. Apakah lantas, aku masih menganggap pantas tuch orang mendapatkan “tanah surgaku” seandainya aku punya? Udah gitu, giliran ditagih, “mana pinjamanku?”, dengan enteng ia menjawab, “apaan? Mana ada pinjaman itu. Yang ada ini adalah jerih payahku sendiri. Tak ada campur tanganmu?”

Itu baru perumpamaan uang 100 juta. Bagaimana dengan modal dua tangan, dua telinga, dua lubang hidung, ginjal, hati, jantung, sepasang kaki, otak yang tiap hari dipakai untuk ngibul dan ngebodohin orang lain ini? Masih ditambah lagi, rezeki, pekerjaan, kesehatan, anak yang lucu-lucu, teman yang saling ngerti. Ah…. Kembali aku hanya dapat beristighfar. Astaghfirullahaladzim!

Pahala sholat yang hanya 4% alias 2 tahun berbanding dengan perbuatan dosa dan lalai selama 48 tahun. Itupun, iya kalau sholat ku diterima. Ya Allah ya Rabb, sungguh, hanya Engkau yang maha agung, jauh lebih agung dari segala apa yang diperbuat seluruh manusia segala zaman. Sungguh, betapa hina dan terpuruknya aku jika Engkau ya Aziz, ya Rahman, ya Rahim, tidak mengampuni dosa-dosaku.

Dalam percakapanku, banyak dusta. Dalam pergaulanku banyak ngibulin orang. Dalam perbuatanku banyak mengecewakan sesama. Dan, mungkin juga, dalam tulisanku ini pun nyinggung pembaca juga. Waduh, 2 banding 48 gitu loh!

Allahu Akbar! Sungguh, hanya Allah yang Maha Besar. Ternyata udah limabelas menit aku menulis. Dan, perut ini sudah minta diisi. Semoga lain kali relungan ini masih berlanjut. Atau…. Ada rekan yang mau nerusin? Silakan.

2 komentar:

  1. Ini ceritanya ngajak tobat ya, Mas??

    BalasHapus
  2. latihan, he..he..he...

    antara usia 30-40 biasanya masa-masa rawan. coba aja check sekitar, biasanya pasangan yang hobby selingkuh sekisar-an ini nih. peralihan antara tidak rela meninggalkan masa perkasa, menuju masa menjelang tua. tak rela keriput wajah mulai nampak. paling takut, usia kian meninggi, padahal pasti terjadi.

    konon katanya, kualitas hidup manusia dimasa tua nanti, tergantung dari gonjang-ganjing pada periode ini.

    kalau sekolahnya goblok lantaran malas belajar, biasanya nyeselnya 10 tahun kemudian ketika mau kuliah. atau 15 tahun kemudian ketika mulai masuk dunia kerja. kemana-mana ditolak. "lah, ipk loe aja cuma dua seperempat, gimana mau jadi direktur?"

    atau juga, "busyet dah, mental loe aja cere gitu, udah goblok, mental ga da, kelakuan gak bener, gimana mau dapet kerja bagus!".

    sama aja, kalau lagi pacaran dan terjerumus sampai ml segala, ingetnya enaknya doang. resiko baru ketahuan setelah 9 bulan 10 hari kemudian, ha..ha..ha.ha...

    BalasHapus